3 Alasan Bitcoin Gagal Tembus Level US$90.000
Pada akhir Maret 2025, Bitcoin sempat mencoba menembus level resistance $90.000, namun gagal dan hanya mampu menyentuh angka tertinggi mingguan di US$88.780 pada Senin (24/3/2025).
Hingga artikel ini ditulis, Bitcoin masih belum berhasil melewati level resistance psikologis di angka US$88.000. Sebaliknya, harga justru terus melemah. Jika dilihat dari grafik time frame 1 jam, membentuk pola lower high dan lower low, sehingga saat ini masih tertahan di bawah US$87.000.

Secara teknikal, kondisi ini menunjukkan bahwa Bitcoin akan menghadapi tantangan berat untuk kembali menguji level $90.000 dalam waktu dekat.
Menurut laporan mingguan The Week On-Chain dari Glassnode , ada tiga faktor utama yang menyebabkan Bitcoin belum mampu menembus level psikologis tersebut.
Baca juga: Analis Ungkap 3 Risiko Terbesar Pasar Kripto di 2025
Tekanan Jual dari Investor Jangka Pendek
Glassnode mencatat bahwa tekanan jual terbesar saat ini berasal dari kelompok pemegang jangka pendek atau short-time holder (STH), yakni investor yang memegang Bitcoin kurang dari 155 hari. Dalam siklus saat ini, pasar Bitcoin tergolong top heavy, di mana sebagian besar pasokan dipegang oleh investor yang membeli Bitcoin di harga tinggi. Akibatnya, STH menjadi pihak yang paling terdampak oleh koreksi harga 30% sejak puncaknya.

Analis Glassnode menyatakan bahwa volume Bitcoin yang dipegang oleh STH dalam kondisi rugi telah mencapai 3,4 juta BTC, angka tertinggi sejak Juli 2018. Hal ini menunjukkan tekanan jual yang signifikan dari kelompok tersebut.
Tekanan ini juga tercermin dalam skor tren akumulasi Bitcoin, sebuah metrik yang mengukur aktivitas beli-jual investor. Skor tren akumulasi BTC terus berada di bawah 0,1 sejak harga turun dari US$108.000 ke kisaran US$93.000–US$97.000. Skor di bawah 0,5 mengindikasikan distribusi atau aksi jual, sementara skor di bawah 0,1 menandakan tekanan jual yang sangat tinggi.
Baca juga: Analis Optimis Bitcoin Punya 75% Peluang Cetak ATH Baru di 2025
Kondisi Likuiditas yang Menyusut
Faktor kedua yang menghambat pergerakan Bitcoin adalah menyusutnya likuiditas di pasar. Volume transfer on-chain harian saat ini turun menjadi sekitar US$5,2 miliar, merosot 47% dari puncaknya saat harga Bitcoin mencapai rekor tertinggi.
Selain itu, jumlah alamat aktif juga ikut menurun sebesar 18%, dari 950.000 pada November 2024 menjadi 780.000 saat ini. Di sisi lain, open interest (OI) di pasar futures Bitcoin juga turun tajam sebesar 24%, dari US$71,85 miliar menjadi US$54,65 miliar. Sementara funding rate pada perpetual futures mulai melandai.
Kondisi deleveraging dan penyusutan likuiditas ini, ditambah dengan hanya 2,5% dari total suplai yang berpindah dalam kondisi untung selama koreksi, membuat pasar kekurangan daya dorong untuk menembus US$90.000 karena tidak cukupnya permintaan beli untuk menyerap tekanan jual.
Baca juga: Fitur Baru ChatGPT Picu Lonjakan Meme Coin Bertema Ghibli di Solana
Minimnya Permintaan Bitcoin Baru
Glassnode juga menyoroti bahwa siklus bullish kali ini kekurangan permintaan baru dari pembeli. Peta sebaran basis biaya atau disebut Cost Basis Distribution Heatmap menunjukkan bahwa pasokan Bitcoin saat ini lebih terkonsentrasi di level harga tinggi yakni berkisar US$100.000–US$108.000, namun tidak ada lonjakan pembelian signifikan di harga bawah yang biasanya mendorong pemulihan harga.

Faktor ini diperparah oleh ketidakpastian ekonomi global, yang membuat investor baru enggan masuk. Hal ini terlihat dari tren arus modal yang mulai negatif, ketika biaya rata-rata pembelian investor jangka pendek dengan rentang waktu 1 minggu–1 bulan turun di bawah biaya rata-rata untuk periode 1–3 bulan.
Meskipun kondisi saat ini tampak kurang mendukung, analis Glassnode mencatat bahwa kelompok pemegang jangka panjang atau disebut long-term holder (LTH) masih menguasai sekitar 40% dari total nilai investasi di jaringan Bitcoin.
Artinya, fase akumulasi berkepanjangan seperti sekarang bisa memperketat suplai dan menciptakan kondisi yang lebih baik untuk gelombang permintaan baru, begitu pasar menunjukkan sinyal tren naik yang lebih kuat.
Baca juga: Intip Faktor Kenaikan Harga Bitcoin Pekan Ini!
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Apa itu Kripto yang Sesuai dengan Syariah dan Mengapa Tumbuh Begitu Cepat?

Analis Membuat Prediksi Kejutan: Lonjakan Kripto Setelah 2 April Akan Menciptakan Jutawan

Maaf HODLers, Elon Musk Mengonfirmasi Satuan Tugas DOGE Bukan Tentang Dogecoin

Penambang Bitcoin MARA berencana menawarkan saham senilai $2 miliar untuk membeli lebih banyak BTC
MARA Holdings menyatakan bahwa mereka telah memasuki perjanjian penawaran di pasar untuk menjual saham biasa hingga senilai $2 miliar. Mereka berencana menggunakan hasil penjualan untuk keperluan korporat umum, termasuk akuisisi bitcoin lebih lanjut.

Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








